Walkot Surabaya Klaim Sudah Majukan Jam Masuk Sekolah Sejak 2022

22 hours ago 9

Surabaya, CNN Indonesia --

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengaku sudah menghapus menerapkan kebijakan penghapusan pekerjaan rumah (PR) bagi siswa.

Hal itu sudah dilakukannya melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) program Sekolah Arek Suroboyo (SAS) sejak 2022.

Eri mengatakan program SAS ini bertujuan untuk pembentukan karakter dan menyalurkan bakat minat anak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Program ini juga sebagai salah satu cara pemkot untuk mengatasi kenakalan remaja di Surabaya.

"Kita itu sejak Januari 2022 mengadakan Sekolah Arek Suroboyo. Di dalam Sekolah Arek Suroboyo itu ada yang namanya sekolah kebangsaan dan bakat minat, kalau hari ini masih ada geng motor, dan macam-macam itu, karena tidak ada pembentukan karakter sejak awal," kata Eri, Kamis (12/6).

Selaras berjalannya program SAS, pemkot melalui Dispendik juga menerapkan kebijakan penghapusan PR bagi siswa. Menurutnya, diterapkannya kebijakan ini, maka siswa tidak lagi terbebani tugas sekolah ketika di rumah.

Selain tidak terbebani dengan tugas sekolah, Eri ingin, siswa memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan keluarga ketika di rumah. Dengan begitu, pendidikan karakter terhadap anak tidak hanya diterapkan di sekolah, tapi juga di rumah.

"Sehingga setelah kembali pulang ke rumah, dia tidak ada lagi PR yang dibebankan. Karena apa? Saya ingin Arek-arek Surabaya banyak berinteraksi dengan keluarga, banyak berinteraksi dengan masyarakat, sehingga itu akan membentuk karakter anak. Karena karakter-karakter ini tidak hanya diajarkan di sekolah tapi juga ada di setiap rumah dan setiap perkampungan, dan semua itu kita terapkan di 2022," ucapnya.

Tak hanya itu, sejak program SAS diterapkan, ada perubahan jam masuk sekolah. Yang tadinya kegiatan belajar mengajar dimulai pada pukul 07.00 WIB, kini diubah menjadi pukul 06.30 WIB.

"Karena waktunya kita sampai pukul 11.30 WIB, sampai salat zuhur, setelah berjamaah langsung kita melakukan sekolah kebangsaan, wawasan kebangsaan, dan bakat minat," ujarnya.

Eri berharap, melalui program ini, siswa SD-SMP di Surabaya akan lebih disiplin dan terhindar dari kegiatan negatif. Karena menurutnya, pembentukan karakter tidak bisa hanya dilakukan oleh sekolah, akan tetapi juga membutuhkan peran serta orang tua.

"Karena yang saya katakan tadi, pembentukan karakter tidak hanya dilakukan oleh orang tua dan atau guru saja, tapi dua-duanya harus membentuk karakter. Dan alhamdulillah ini sudah berjalan di Surabaya," katanya.

(frd/sfr)

Read Entire Article
Kasus | | | |