Respons KLH soal BRIN Temukan Mikroplastik dalam Air Hujan di Jakarta

3 hours ago 6

Jakarta, CNN Indonesia --

Temuan terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang mengungkap keberadaan kandungan partikel mikroplastik berbahaya dalam air hujan di Jakarta telah membuktikan polusi plastik kini tidak hanya mencemari tanah dan laut, tetapi juga atmosfer.

Merespons hal tersebut, Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq mengatakan temuan kandungan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta itu jadi pertanda perlunya langkah serius dalam menangani permasalahan sampah, terutama tempat pemrosesan akhir (TPA) open dumping.

"Ya bagaimana tidak mikroplastik kalau sampahnya ditumpuk semua. Yang (TPA) Bantargebang saja pasti mengontribusi mikroplastik cukup besar," kata Hanif di Jakarta, Senin (20/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyoroti bahwa penemuan mikroplastik di lingkungan bukanlah sesuatu yang mengherankan mengingat praktik penumpukan sampah tanpa pengolahan lebih lanjut di TPA di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di wilayah Jakarta yang sampahnya ditimbun di TPA Bantargebang.

"Dengan sampah yang menumpuk kena hujan, kena air, kena panas, pasti akan menimbulkan mikroplastik," tambahnya.

Dia menegaskan pemerintah memandang serius isu sampah tersebut. Salah satu langkah yang digencarkan adalah pengawasan dan pengelolaan TPA open dumping yang sudah mulai dilakukan. Termasuk, sambungnya, mulai ditransformasi ke sanitary landfill yang menutup sampah dengan tanah namun dilengkapi dengan lapisan tanah lempung untuk menghindari cemaran air lindi ke lingkungan serta pipa untuk menyalurkan gas metana.

Penutupan itu juga diharapkan dapat menekan penyebaran mikroplastik secara masif jika dibandingkan dengan membiarkan sampah ditumpuk secara terbuka.

"Makanya sejak menjabat, Pak Presiden [Presiden RI Prabowo Subianto] minta TPA ditertibkan, ya kita sudah tertibkan. Hampir seluruh kabupaten/kota sudah melakukan itu. Kecuali yang gede-gede seperti Bantargebang ini kayaknya agak susah menutupinya," kata Hanif.

Sebelumnya, pekan lalu saat memaparkan hasil risetnya, Peneliti BRIN Muhammad Reza Cordova mengatakan air hujan yang kini mengandung partikel plastik adalah refleksi dari perilaku manusia terhadap bumi. Dia mengatakan sampel penelitian itu adalah air hujan yang jatuh di wilayah ibu kota RI, Jakarta sejak 2022 lalu.

"Plastik yang kita buang sembarangan, asap yang kita biarkan mengepul, sampah yang kita bakar karena malas memilah semuanya kembali pada kita dalam bentuk yang lebih halus, lebih senyap, tapi jauh lebih berbahaya," kata Reza seperti dikutip dari laman BRIN, Sabtu (18/10).

Reza lalu menjelaskan dugaan cemaran mikroplastik itu bisa berada di dalam air hujan yang turun dari langit. Menurutnya, partikel-partikel plastik mikroskopis tersebut terbentuk dari degradasi limbah plastik yang melayang di udara akibat aktivitas manusia.

"Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka," ujar Reza.

Dia menyatakan untuk mengatasi persoalan ini, BRIN mendorong langkah konkret lintas sektor.

Pertama, memperkuat riset dan pemantauan kualitas udara dan air hujan secara rutin di kota-kota besar. Kedua, memperbaiki pengelolaan limbah plastik di hulu, termasuk pengurangan plastik sekali pakai dan peningkatan fasilitas daur ulang.

Ketiga, mendorong industri tekstil agar menerapkan sistem filtrasi pada mesin cuci guna menahan pelepasan serat sintetis.

Selain itu, edukasi publik menjadi kunci penting. Reza mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik, memilah sampah, dan tidak membakar limbah sembarangan.

Menurut Reza, mikroplastik yang ditemukan umumnya berbentuk serat sintetis dan fragmen kecil plastik terutama polimer seperti poliester, nilon, polietilena, polipropilena, hingga polibutadiena dari ban kendaraan.

Rata-rata, peneliti menemukan sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari pada sampel hujan di kawasan pesisir Jakarta.

Reza menilai fenomena itu terjadi karena siklus plastik kini telah menjangkau atmosfer.

Menurutnya mikroplastik dapat terangkat ke udara melalui debu jalanan, asap pembakaran, dan aktivitas industri, kemudian terbawa angin dan turun kembali bersama hujan. Proses ini, kata Reza dikenal dengan istilah atmospheric microplastic deposition.

(antara/kid)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Kasus | | | |