Jakarta, CNN Indonesia --
Sekolah Rakyat menjadi tempat lahirnya banyak perubahan. Anak-anak dari berbagai daerah datang dengan latar belakang berbeda, sebagian membawa kisah hidup yang tidak mudah.
Salah satunya adalah Louvie Jogjeriansyah (16) atau Jeje, salah satu siswa di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 20 Sleman, Yogyakarta. Remaja yang sempat mengalami masa sulit ini mengalami perubahan signifikan sejak bersekolah di SRMA 20.
Ia mengaku menghadapi kehidupan yang tidak mudah sejak kecil. Orang tuanya berpisah ketika ia duduk di kelas 3 SD.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ayah dan ibunya pergi ke Kalimantan bersama kedua adiknya, meninggalkan Jeje sendirian bersama nenek dari pihak ayah di Gunungkidul, Yogyakarta. Sejak saat itu, ayahnya tidak pernah memberi kabar.
Ibunya kemudian menitipkan satu adiknya kepada sang nenek, sementara adik lainnya dibawa pergi. Ia tidak lagi menerima nafkah atau kabar dari orang tuanya.
Kehidupan sehari-hari mereka hanya bergantung pada penghasilan nenek dan tantenya yang bekerja sebagai petani di lahan milik sendiri.
"Biasanya kan saya yang ngajarin adik saya belajar. Begitu saya masuk sekolah asrama, saya sempat ragu, takut adik saya enggak ada yang ngajarin. Nenek saya juga sudah tua nggak bisa untuk ngajarin gitu, kalau tante repot juga ngurus anaknya yang masih bayi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (8/10).
Namun, motivasi dari wali asuh membantu mengurangi kekhawatiran Jeje. Setelah lulus SMP, dirinya sempat berencana masuk SMK favorit di Wonosari, Gunungkidul.
Namun, biaya masuk dan kebutuhan sekolah yang tinggi membuatnya hampir putus asa. Hingga akhirnya pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) mengenalkannya pada Sekolah Rakyat.
"Awalnya saya ragu, tapi kemudian saya merenung semalaman. Saya pikir, siapa tahu ada pengalaman dan kesempatan baru untuk saya. Memang ada niat juga untuk sekolah di asrama kalau SMA," kata dia.
Keputusan untuk mendaftar diambil di detik-detik terakhir, dan Jeje akhirnya diterima di SRMA 20 Sleman.
Di sini, dia menemukan suasana belajar yang aman, nyaman, dan suportif. Dari anak yang pendiam dan introvert, ia kini menjadi lebih percaya diri.
"Sebelum masuk sini saya introvert parah, lebih sering ngurung diri di kamar. Sekarang saya bisa membuka obrolan dengan teman dan dekat dengan guru," ucapnya.
Ia juga merasakan manfaat dari lingkungan sekolah yang positif. Suasana belajar di Sekolah Rakyat membuat para siswa merasa aman dan saling memotivasi untuk berkembang.
Jeje juga bersyukur bisa menikmati makanan bergizi tiga kali sehari di asrama. Kondisi fisiknya pun semakin sehat dan bugar. Ia mengaku setelah sebulan tinggal di asrama, tinggi badannya bertambah.
Baginya, Sekolah Rakyat bukan hanya tempat belajar dan mendapatkan peningkatan kualitas hidup, tetapi juga jembatan menuju cita-cita. Ia ingin kisah perjuangannya bisa menginspirasi banyak orang.
Di tengah kesibukan sekolah dan aktivitas asrama, Jeje terus menulis. Ia ingin menjadi penulis novel sebagai karya persembahan bagi dirinya dan teman-temannya di Sekolah Rakyat.
"Salah satu mimpi saya selain ingin menjadi CEO adalah menulis novel. Target saya setelah lulus dari sini novelnya bisa terbit. Novel ini akan menceritakan perjuangan kami, 75 anak di SRMA 20, yang diberi kesempatan kedua untuk bermimpi," tutur dia.
Guru-guru dan wali asuh di SRMA 20 mendukung mimpi Jeje. Mereka memberikan ruang dan semangat agar Jeje bisa terus menulis, karena percaya tulisan tersebut bukan hanya karya pribadi, tetapi juga cerminan perjalanan kolektif anak-anak Sekolah Rakyat.
Sebagai informasi, SRMA 20 Sleman saat ini menampung 75 siswa dengan dukungan 17 guru, 14 wali asuh, dan 2 wali asrama. Para siswa mendapatkan fasilitas asrama, ruang kelas, laboratorium IPA, perpustakaan, lapangan olahraga, hingga mushola.
Dengan konsep gratis dan berbasis asrama, sekolah ini hadir untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, sesuai gagasan Presiden Prabowo Subianto.
Jeje hanyalah satu dari 75 siswa yang sedang merajut harapan di sekolah ini. Melalui tulisannya, ia ingin menunjukkan bahwa Sekolah Rakyat menjadi tempat bagi anak-anak yang hampir kehilangan harapan untuk kembali bermimpi dan meraih masa depan yang lebih baik.
(rir)