Jakarta, CNN Indonesia --
Misteri di balik insiden ledakan yang terjadi di SMA 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Jumat (7/11) masih belum terungkap.
Kepolisian masih melakukan penyelidikan untuk mengungkap insiden ledakan yang menyebabkan puluhan orang luka-luka itu.
Terduga pelaku hingga saat ini juga masih menjalani perawatan intensif. Terduga pelaku sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ), namun kemudian dipindahkan ke RS Polri Kramat Jati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi menyebut pemindahan itu dilakukan guna memudahkan proses pemeriksaan setelah kondisi terduga pelaku memungkinkan untuk dimintai keterangan.
CNNIndonesia.com telah merangkum sejumlah fakta terbaru terkait terduga pelaku ledakan, sebagai berikut:
Sita buku
Polisi menyita sejumlah barang bukti seperti buku hingga dokumen saat menggeledah rumah terduga pelaku peledakan.
"Memang ada beberapa barang, buku, dokumen yang disita, diambil, dibawa oleh Puslabfor," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto kepada wartawan, Senin (10/11).
Budi menyebut saat ini pihaknya masih mendalami kaitan antara barang bukti yang disita tersebut dengan terjadinya peristiwa ledakan di sekolah.
Gerak-gerik terduga pelaku
Densus 88 Antiteror Polri membeberkan terduga pelaku kerap mengunjungi komunitas daring khususnya di forum dan situs darknet sebelum melancarkan aksinya.
Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri AKBP Mayndra Eka Wardhana menyebut situs yang dikunjungi oleh terduga pelaku itu memuat video atau foto terkait perang, pembunuhan hingga aksi-aksi sadis lainnya.
"Yang menampilkan video atau foto orang yang benar-benar meninggal dunia, biasanya akibat kecelakaan, perang, pembunuhan, atau kejadian brutal lainnya," ujarnya kepada wartawan, Senin.
Tak hanya itu, terduga pelaku juga sempat mengungkapkan kekesalannya lewat tulisan dan gambar. Dari informasi yang dihimpun, terduga pelaku disebut pernah mengungkapkan kekesalannya itu dengan membuat sebuah tulisan di dalam kelas.
Kendati demikian, Budi belum membeberkan lebih lanjut ihwal ungkapan kekesalan yang disampaikan oleh terduga pelaku.
"Dari hasil pemeriksaan awal, ada wujud rasa ketidaksukaan, rasa menyampaikan, tetapi tidak secara frontal. Menyampaikan dengan tulisan, gambaran-gambaran," ucap Budi.
Peledak di dalam tas
Dari hasil pemeriksaan CCTV, Budi menyebut terduga pelaku membawa dua tas saat masuk ke area sekolah. Diduga, terduga pelaku membawa bahan peledak di dalam tas itu.
"Kita menjawab tadi temuan ini memang kalau dilihat dari CCTV kedatangan anak ini sudah membawa tas sekolah dengan tas yang dijinjing. Itu semua barang-barang berada di dalam situ," ujarnya.
Densus 88 Antiteror Polri sebelumnya menyebut ada tujuh peledak yang dibawa terduga pelaku. Dari tujuh peledak itu, empat di antaranya meledak.
"Tapi mungkin ada beberapa sumbu yang tidak terpicu, sehingga barang ini tidak meledak. Artinya, dari tujuh bahan peledak tadi yang sudah meledak adalah empat, tersisa tiga yang belum," ucap Budi.
Tak terkait kelompok tertentu
Dari hasil pendalaman sementara, polisi juga menyebut hingga saat ini belum ditemukan keterkaitan terduga pelaku dengan kelompok atau jaringan tertentu.
"Sejauh ini yang saya ketahui itu belum ada keterlibatan dengan kelompok lain," kata Budi.
Kendati demikian, kata Budi, hal tersebut akan disampaikan lebih lanjut oleh pihak Densus 88 Antiteror yang tengah mendalami soal keterkaitan tersebut.
"Nanti secara pasti pada saat rilis akan disampaikan oleh Densus. Karena kemarin kan sudah saya sampaikan, Densus menganalisa tentang satu jaringan dan motif yang dilakukan," ucap dia.
Budi juga menyebut terduga pelaku bukan seseorang yang anti Islam. Meskipun, aksi peledakan itu terjadi di area masjid sekolah.
"Kita juga ingin meluruskan ya, kepada masyarakat memang terjadi di tempat ibadah, tetapi yang bersangkutan ini bukan anti Islam. Jadi, jangan sampai dipikirkan, oh, ini menjadi anti Islam, terus ataupun ini memang perbuatan murni berangkat dari dirinya sendiri," tuturnya.
Rakit bom sendiri
Masih dari penyelidikan sementara, Densus 88 Antiteror Polri mengatakan terduga pelaku merakit sendiri bahan peledak yang digunakan dalam insiden di SMA 72 Jakarta.
Kendati demikian, Mayndra enggan mengungkapkan lebih jauh ihwal dari mana terduga pelaku mempelajari proses rakitan peledak tersebut. Termasuk jenis peledak yang dibuat dan digunakan dalam insiden itu.
"Betul merakit sendiri," ucap dia singkat.
Kurang perhatian keluarga
Lebih lanjut, Budi turut membeberkan terduga pelaku ledakan SMA 72 diduga kurang mendapat perhatian dari keluarganya.
"Ada perhatian yang harus disampaikan, ada kurang perhatian dari keluarga, itu kan sifatnya sudah akumulasi," kata dia.
Menurut Budi, kondisi psikologis dan sosial anak harus menjadi perhatian bersama. Karenanya, ia menyebut peran keluarga dan lingkungan penting dalam membentuk karakter serta mengawasi perilaku anak.
"Makanya tadi saya menyinggung dari pihak formal dan non-formal, artinya dari rumah dan dari keluarga dan dari lingkungan sekitar. Ini yang membuat jadi akumulasi yang harus kita berempati, makanya kita harus menjaga," ucap dia.
(dis/dal)

1 hour ago
6

















































