Mengenal Koops Habema Bentukan Panglima TNI yang Tembak 18 OPM

6 hours ago 5

Jakarta, CNN Indonesia --

Komando Operasi (Koops) Habema TNI menembak mati 18 anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah Intan Jaya, Papua Tengah, Rabu (14/5). 

Dansatgas Media Komando Operasi (Koops) Habema Letkol Iwan Dwi menyebut penembakan dilakukan terhadap kelompok bersenjata yang berlokasi di Distrik Sugapa. Koops Habema adalah komando khusus yang dibentuk Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto untuk menangani konflik di beberapa daerah di Papua. 

Dalam keterangan tertulis, Kamis (15/5), Letkol Iwan mengatakan lewat operasi tersebut pihaknya berhasil mensterilkan wilayah Sugapa Lama dan Kampung Bambu Kuning dari kehadiran OPM pimpinan Daniel Aibon Kogoya, Undius Kogoya, dan Josua Waker.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menambahkan saat ini pasukan masih disiagakan di sejumlah lokasi strategis untuk berjaga terhadap potensi serangan lanjutan dari kelompok OPM lainnya.

Harus berhasil maksimal

Nama 'Habema' yang disematkan untuk komando khusus itu merupakan singkatan 'Harus Berhasil Maksimal'. Selain singkatan, Habema juga merupakan nama danau di Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan.

Habema merupakan salah satu danau tertinggi di Indonesia karena letaknya di ketinggian lebih dari 3.300 meter di atas permukaan laut (mdpl) di kaki Gunung Trikora.

Koops Habema ini diketahui beranggotakan pasukan khusus dari tiga matra di TNI, yakni TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.

Dikutip dari Antara, Koops Habema dibentuk untuk menyatukan pola operasi TNI dan Polri dalam menangani konflik di Papua.

Agus meyakini Koops Habema dapat meningkatkan efektivitas penanganan konflik di Papua, di mana dalam beberapa tahun terakhir menghadapi gangguan dan serangan dari kelompok pemberontak OPM.

"Strategi yang saya berlakukan (untuk Papua) adalah smart power, yang merupakan kombinasi dari soft power dan hard power, dan diplomasi militer. Implementasi strategi itu adalah pembentukan Komando Operasi Habema, harus berhasil maksimal," kata Agus saat Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri Tahun 2024 di Markas Besar (Mabes) TNI, Cilangkap, Jakarta, Rabu (28/2/2024).

"Untuk implementasinya, koops ini diharapkan bisa mengintegrasikan pola operasi TNI dan Polri; sehingga penanganan konflik di Papua dapat lebih efektif," imbuhnya kala itu seperti dikutip dari Antara.

Sejumlah tugas telah dijalankan oleh Koops Habema di Bumi Cendrawasih.

Teranyar, Koops Habema menembak mati 18 anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah Intan Jaya, Papua Tengah pada Rabu (14/5).

Kapuspen TNI Mayjen Kristomei Sianturi menyatakan keberhasilan operasi ini menjadi bukti nyata komitmen TNI menjaga rasa aman di Papua.

"TNI tetap mengedepankan pendekatan humanis, dialogis, dan profesional dalam setiap kegiatan, serta berkomitmen untuk melindungi hak hidup damai seluruh rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Papua. TNI tetap akan menerima dengan tangan terbuka apabila anggota gerombolan OPM ada yang menyadari kesalahannya dan berniat kembali ke pangkuan Ibu pertiwi," ujar Kristomei dalam siaran pers, Kamis, (15/5).

Puspen TNI menyatakan dari lokasi kejadian, aparat mengamankan sejumlah barang bukti yakni amunisi, senjata tajam, alat komunikasi, serta puluhan busur dan anak panah.

Dansatgas Media Koops Habema Letkol Iwan Dwi menyebut penembakan dilakukan terhadap kelompok bersenjata yang berlokasi di Distrik Sugapa.

Ia mengatakan operasi tersebut berlangsung sejak pukul 04.00 hingga 05.00 WIT dengan menyasar Kampung Titigi, Ndugusiga, Jaindapa, Sugapa Lama, dan Zanamba.

"Sebanyak 18 anggota OPM tewas dan mengamankan sejumlah barang bukti, antara lain satu pucuk senjata organik AK-47, satu senjata rakitan, puluhan butir munisi, busur dan anak panah, serta bendera Bintang Kejora dan alat komunikasi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (15/5).

Iwan menyebut para OPM tersebut selama ini tercatat kerap melakukan kekerasan terhadap warga sipil, termasuk pembakaran rumah, penyanderaan guru dan tenaga kesehatan, hingga penyerangan terhadap fasilitas umum dan proyek pembangunan.

"Operasi ini dilakukan secara terukur, profesional, dan mengutamakan keselamatan warga sipil. Kami tidak akan membiarkan rakyat Papua hidup dalam ketakutan di tanah kelahirannya," katanya.

Sementara itu Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) menyebut ada tiga warga sipil yang menjadi korban tewas dalam kontak tembak antara TNI dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada Rabu (14/5) kemarin.

Kepala Biro PGI Papua, Pendeta Ronald Rischard Tapilatu menyebut ketiga korban tewas itu merupakan warga yang tinggal di lokasi kontak tembak antara TNI dan OPM.

"Ini menjadi perhatian kita karena laporan dari gereja sana ada tiga orang yang meninggal. Kita tidak tahu apakah tiga orang ini termasuk dalam daftar 18 anggota OPM yang disebut tewas oleh TNI atau bukan," ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (15/5).

Ronald menyebut ketiga korban tewas itu merupakan Elisa Wandagau, Mono Tapamina, serta Kepala Desa Hitadipa Ruben Wandagau.

CNNIndonesia.com sudah menghubungi Kapuspen TNI Mayjen Kristomei Sianturi terkait hal ini namun belum memberi jawaban.

(dis/kid)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Kasus | | | |