Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, bersumpah militer akan membalas usai tiga roket menargetkan Israel utara yang diluncurkan dari Lebanon, Sabtu (22/1).
Serangan ketiga roket itu telah dihalau Pasukan pertahanan Israel (IDF).
"Kami tak akan membiarkan serangan dari Lebanon ke masyarakat Galilee," kata Katz dalam pernyataan resmi, dikutip AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia lalu menegaskan pemerintah Lebanon bertanggung jawab atas serangan dari wilayah mereka.
"Saya telah memerintah militer untuk memberi tanggapan yang sesuai," imbuh Katz.
Ketiga roket itu diduga diluncurkan dari Lebanon pada pagi hari.
Sirene serangan udara di Metula, kota Israel dekat perbatasan Lebanon, begitu nyaring pada pukul 7.30 waktu setempat.
Tak lama setelah itu, IDF menyatakan tiga roket telah memasuki wilayah Israel dan berhasil dicegat.
Di kesempatan ini, Katz juga menegaskan pemerintah berjanji akan melindungi warga Galilea.
"Dan itulah yang akan terjadi. Nasib Metula sama dengan Beirut," ungkap dia.
Sementara itu, kantor berita Lebanon National News Agency (NNA) melaporkan pesawat tempur Israel mondar-mandir di area sekitar Lebanon dan rudal pencegat meledak.
NNA juga melaporkan pasukan darat Israel menembaki perbukitan Hamames dengan senjata otomatis.
Selain itu, kantor berita tersebut melaporkan Israel meluncurkan tembakan artileri dari tank Merkava ke distrik Nabatieh dan Kota Khiam.
Militer Israel juga menembakkan senjata otomatis ke desa-desa perbatasan Hula, Markaba, dan Kfar Kila.
Israel dan milisi di Lebanon, Hizbullah, saling tempur sejak pasukan Benjamin Netanyahu meluncurkan agresi ke Palestina pada Oktober 2023.
Hizbullah mengklaim serangan mereka ke Israel sebagai bentuk solidaritas ke warga Palestina.
Kemudian pada 27 November 2024, Israel dan Hizbullah sepakat gencatan senjata.
Salah satu kesepakatan gencatan adalah melarang Israel melancarkan serangan ke Lebanon. Sementara itu, Lebanon harus mencegah kelompok bersenjata termasuk Hizbullah melakukan serangan ke Israel.
Namun belum genap sepekan gencatan, Israel berulang kali melanggar kesepakatan.
(isa/bac)