Jakarta, CNN Indonesia --
Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno (Doel) mengaku berencana naik angkutan umum atau kendaraan umum dari rumahnya di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan, menuju Balaikota Jakarta di Jakarta Pusat sepekan sekali.
Dia mengaku akan menggunakan Moda Raya Terpadu (MRT). Untuk saat ini jalur rel yang dilayani MRT Jakarta adalah dari Lebak Bulus MRT memang memiliki jalur rel dari kawasan Lebak Bulus hingga Bundaran HI, Jakarta Pusat. Proyek lanjutan rel MRT atau fase 2 saat ini sedang berjalan, dan direncanakan akan berakhir di Kota Tua, Jakarta Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin seminggu sekali saya akan naik kendaraan umum terutama MRT. Memang tidak mungkin saya setiap hari (naik kendaraan umum) karena di tengah perjalanan saya mampir juga ke tempat yang lain," kata dia di Jakarta, Selasa (25/2) mengutip dari Antara.
Dia mengatakan rumah dinas Wagub yang akan ditempatinya masih belum rampung. Walhasil, katanya, saat ini masih menempati hunian miliknya di Lebak Bulus.
Kalaupun nanti menggunakan kendaraan umum, Bang Doel memilih menaiki MRT dari Stasiun Lebak Bulus, lalu turun di Stasiun MRT Bundaran HI Bank DKI.
"Saya jauh lebih nyaman kalau saya ke kantor (Balaikota Jakarta) naik MRT. Saya naik dari (Stasiun MRT) Lebak Bulus, rumah saya di Lebak Bulus. Saya turun di (Stasiun MRT) HI, dijemput di sini [untuk lanjut ke balai kota]," ujar dia.
Menurut Rano, transportasi umum di Jakarta saat ini jauh lebih baik karena ada MRT, Lintas Raya Terpadu (LRT), hingga jaringan Transjakarta.
Dalam keterangan yang diterima pada 10 Februari lalu, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah MTI Pusat Djoko Setijowarno, mengatakan kemacetan di Jakarta adalah tantangan multidimensi yang menghambat produktivitas ekonomi, menurunkan kualitas lingkungan, dan merusak kesejahteraan sosial. Akar permasalahan di wilayah yang memiliki penduduk 10,67 juta jiwa (data BPS DKI 2023) itu terletak pada ketidakterpaduan sistem transportasi, kelembagaan yang terfragmentasi, serta perencanaan dan tata kelola yang belum optimal
"Merujuk data The Study on Integrated Transportation Master Plan for Jabodetabek (SITRAMP) dan Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration (JUTPI), menunjukkan tahun 2010 total perjalanan 45 juta per hari. Selang 8 tahun kemudian di tahun 2018, total perjalanan menjadi 88 juta per hari. Jumlah perjalanan yang meningkat hampir dua kali lipat dalam kurun 8 tahun," katanya.
Sementara itu, pihaknya melihat penggunaan transportasi umum di Jakarta kian menurun. Dia pun mengingatkan amanat dari Pasal 8 Perda Jakarta 5/2014 terkait sistem transportasi yang efektif, efisien, lancar, dan terintegrasi. Rencana induk Transportasi (RIJ) pun menargetkan 60 persen perjalanan penduduk menggunakan angkutan umum dan kecepatan rata-rata jaringan jalan minimum 35 km/jam untuk transportasi jalan.
Dia mengatakan saat ini angkutan umum di Jakarta sudah memberikan pelayanan mencakup 89,5 persen wilayah ibu kota RI itu. Menurutnya, itu sudah setara dengan kota-kota negara maju di dunia. Namun dia mengingatkan perlu tambahan kemauan politik lewat aturan mengikat agar warga mau beralih ke transportasi umum dengan sukarela.
Selain itu, dia pun mengimbau Pemprov DKI tak melupakan penanganan tranportasi menuju Kabupaten Kepulauan Seribu.
"Kepulauan Seribu merupakan daerah destinasi wisata. Tentunya fasilitas sarana kapal yang menuju Kepulauan Seribu harus berkeselamatan. Dalam lima tahun ke depan, ditarget semua kapal-kapal yang berlayar dari Jakarta ke wilayah Kepulauan Seribu sudah diganti dengan sarana kapal yang berkeselamatan, selain aman dan nyaman," tutupnya.
(kid/antara)