Jakarta, CNN Indonesia --
Insiden ledakan yang terjadi di SMA 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Jumat (7/11) pekan lalu kini memasuki babak baru.
Polisi kini telah menetapkan satu siswa sekolah tersebut sebagai Anak yang Berkonflik dengan Hukum (ABH). Penetapan ini berdasarkan hasil pemeriksaan sejumlah saksi dan temuan bukti yang dimiliki kepolisian.
Hingga kini, ABH tersebut masih menjalani perawatan intensif di RS Polri Kramat Jati setelah dipindahkan dari RS Islam Jakarta Cempaka Putih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CNNIndonesia.com telah merangkum sejumlah fakta terbaru terkait insiden ledakan ini, sebagai berikut:
Jarang bergaul
Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri menyebut pelaku ledakan SMA 72 Jakarta merupakan pribadi yang tertutup dan jarang bergaul dengan orang lain.
"Dari keterangan yang kami himpun Anak yang Berkonflik dengan Hukum (ABH) yang terlibat dikenal pribadi tertutup dan jarang bergaul," ujarnya dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa (11/11).
Asep Edi menambahkan dari hasil analisis ponsel dan aktivitas di internet diketahui bahwa pelaku tertarik atau menyukai konten kekerasan dan hal-hal yang ekstrem.
Motif pelaku
Dari hasil penyidikan, polisi mengungkap motif aksi peledakan di sekolah tersebut karena pelaku memiliki dorongan untuk melakukan aksinya.
"Dari hasil penyidikan yang kami peroleh dari penggalian keterangan maupun petunjuk yang ada, bahwa yang bersangkutan, ABH ini terdapat dorongan untuk melakukan peristiwa hukum," Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Iman Imanuddin dalam konferensi pers.
Berdasarkan keterangan yang didapat, pelaku disebut merasa sendirian dan tidak mempunyai tempat untuk berkeluh kesah baik di lingkungan keluarga, rumah maupun sekolah
"Yang bersangkutan merasa sendiri, kemudian merasa tidak ada yang menjadi tempat untuk menyampaikan keluh kesah. Baik itu di lingkungan keluarga, kemudian di lingkungannya sendiri kemudian lingkungan sekolah," tuturnya.
Lepas seragam dan tenteng senjata
Berdasarkan rekaman CCTV, ABH tersebut tiba di sekolah pada pukul 06.28 WIB dengan menggunakan seragam sekolah. ABH juga terlihat menggendong tas punggung warna merah dan menenteng tas warna biru di tangan kirinya.
Masih di sekitar waktu itu, ABH terlihat melintas di area ruangan seni menuju ke area ruang kepala sekolah. Kemudian, ABH terlihat melintas di koridor ruangan kepala sekolah dan sempat bertemu seorang wanita yang diduga sebagai guru.
Selanjutnya, CCTV juga merekam momen ABH jelang pelaksanaan salat Jumat. Dalam rekaman CCTV, ABH terlihat berjalan menuju ke arah masjid sambil membawa tas punggung merah sekitar pukul 11.43 WIB.
Di sekitar waktu itu, ABH kemudian terekam masuk ke dalam masjid menggunakan seragam sekolah dan membawa tas warna merah.
"Jadi membawa tas merah masuk ke dalam. Kemudian masih terlihat juga yang bersangkutan memantau situasi di dalam dan di luar. Jadi saat itu sedang berdiri saja di dekat tiang, masih tercover oleh kamera yang ada," ucap Dirressiber Polda Metro Jaya Kombes Roberto Gomgom Manorang Pasaribu dalam konferensi pers.
"Pada waktu CCTV 12.44 atau waktu realtimenya 11.44 masih di channel 30, itu dilihat bahwa anak tersebut memasuki pintu masjid di bagian depan. Nah, ini sudah tidak tercover lagi pada saat itu," sambungnya.
Lalu pada sekitar pukul 12.05 WIB, kamera CCTV merekam ABH sudah melepas baju seragamnya. ABH terlihat menuju ke lorong ke arah masjid dengan memakai celana hitam, kaus putih dan menggendong senjata mainan.
"Itu anak sudah melepas baju seragamnya dan terlihat menuju ke arah lorong, arah ke arah masjid dengan memakai celana hitam kaus putih dan menggendong senjata mainan atau dummy. Jadi terlihat di CCTV. Kemudian arah tangannya mengarahkan ke arah masjid," tutur Roberto.
"Pada waktu aktual 12.05.51, tercover dari channel 06 depan masjid, bahwa terlihat cahaya warna merah keluar dari dalam masjid disertai dengan ledakan dan mengeluarkan asap berwarna putih," lanjutnya.
2 bom meledak di masjid
Polisi menyebut ada dua bom yang meledak di area masjid SMA 72 Jakarta. Hal ini berdasarkan temuan dua kawah ledak di lokasi kejadian.
"Ada dua kawah ledak yang kami temukan di TKP berarti kemungkinan ada dua bom yang diledakkan dalam masjid," kata Dansat Brimob Polda Metro Jaya Kombes Henik Maryanto.
Dari hasil pendalaman, Henik juga mengatakan bom yang meledak di area masjid itu dikendalikan pelaku dari jarak jauh menggunakan remot. Ini berdasarkan sejumlah temuan barang bukti di area masjid.
Hal itu juga didukung fakta bahwa remote yang digunakan untuk mengontrol bom itu tak ditemukan di area masjid, melainkan di lokasi ledakan kedua yakni di taman baca dan bank sampah.
"Dapat disimpulkan untuk di TKP pertama di masjid, bahwa berdasarkan material yang ditemukan, rangkaian tersebut adalah rangkaian bom aktif dengan menggunakan remote," ucap Henik.
Tak terkait terorisme
Sementara itu, Densus 88 Antiteror Polri menyatakan ledakan di SMA 72 Jakarta ini bukan aksi terorisme, melainkan hanya sekadar tindakan kriminal umum.
"Tidak ditemukan adanya aktivitas terorisme yang dilakukan oleh ABH (anak berkonflik dengan hukum). Jadi murni tindakan yang dilakukan adalah tindakan kriminal umum," kata juru bicara Densus 88 Anti Teror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana saat konferensi pers.
Kata dia, saat ini terjadi fenomena global yang terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia, di mana terjadi komunikasi transnasional yang rentan terpapar aliran kekerasan di dunia maya.
Mayndra menduga pelaku atau ABH yang melakukan aksi peledakan itu terinspirasi aksi kekerasan atau terorisme yang terjadi di negara lain.
"Jadi kalau rekan-rekan lihat di dalam senjata airsoft gun (yang dibawa pelaku) di permukaannya ditulis berbagai macam nama tokoh (teroris) maupun ideologi yang berkembang, hampir di beberapa benua, yaitu di Eropa maupun di Amerika," tutur dia.
Terinspirasi aksi di luar negeri
Dari penelusuran, Mayndra menyebut terduga pelaku sudah mulai mencari soal aksi kekerasan melalui berbagai situs sejak awal tahun. Pencarian ini didasari karena pelaku merasa tertindas, kesepian hingga memiliki dendam atas perlakuan yang selama ini diterimanya.
Pencarian itu kemudian menginspirasi pelaku untuk mengikuti sebuah komunitas media sosial yang anggotanya mengagumi soal aksi kekerasan.
Mayndra pun menyebut setidaknya ada enam orang yang menjadi inspirasi pelaku dalam melakukan aksinya. Nama keenam orang itu pun tertulis pada senjata mainan yang dibawa pelaku.
Mereka yakni Eric Harris, Dylan Klebold, Dylann Storm Roof, Alexandre Bissonnette,Vladislav Roslyakov hingga Brenton Tarrant.
"Yang bersangkutan hanya mempelajari, kemudian mengikuti beberapa tindakan ekstremisme yang dilakukan, bahkan posenya kemudian beberapa simbol yang ditemukan itu sekedar menginspirasi," tutur Mayndra.
"Artinya kenapa mix, banyak sekali ideologi di sini akan tetapi tidak ada satu ideologi yang konsisten yang dia ikuti, di sini menunjukkan bahwa ini hanya sekedar inspirasi dan ada pola yang berurutan yang mereka posting di komunitas media sosialnya dan ini juga menjadi awareness ke depan bagi kita semua terkait adanya violence atau kekerasan di dunia maya," sambungnya.
(dis/dal)

3 hours ago
9

















































