Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta Ukraina mengembalikan bantuan miliaran dolar dari Washington yang selama ini diberikan untuk membantu memerangi invasi Rusia.
Dalam pidatonya di Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC) dekat Washington, Trump mengatakan "berusaha mendapatkan kembali uang itu, atau setidaknya mengamankannya."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ingin mereka memberi kami sesuatu sebagai imbalan atas semua uang yang telah kami keluarkan. Kami meminta mineral tanah jarang dan minyak-apa pun yang bisa kami dapatkan," kata Trump pada Minggu (23/2).
"Kami akan mendapatkan uang kami kembali karena ini jelas tidak adil. Kita lihat nanti, tapi saya rasa kesepakatan ini hampir tercapai, dan seharusnya memang begitu, karena situasinya sangat buruk."
Komentar Trump tersebut muncul di tengah negosiasi antara Washington dan Kyiv mengenai kesepakatan akses terhadap tanah jarang, sumber daya mineral yang diinginkan Trump sebagai kompensasi atas bantuan perang yang diberikan pendahulunya, Joe Biden, kepada Ukraina.
Beberapa jam sebelumnya, sebuah sumber mengatakan kepada AFP bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky "belum siap" menandatangani kesepakatan dengan AS soal akses ke tanah jarang, meskipun ada tekanan yang semakin meningkat dari Washington.
Utusan khusus Trump, Keith Kellogg, yang bertemu dengan Zelensky pekan ini, mengatakan bahwa presiden Ukraina memahami bahwa menandatangani kesepakatan dengan AS adalah hal yang "krusial."
Trump meminta kompensasi berupa mineral tanah jarang senilai "$500 miliar" sebagai "imbalan" atas bantuan yang diberikan AS kepada Kyiv.
"Tidak ada kewajiban AS dalam perjanjian terkait jaminan atau investasi. Semuanya sangat samar, tetapi mereka ingin mengambil $500 miliar dari kami," kata sumber Ukraina kepada AFP.
"Kemitraan macam apa ini? Dan mengapa kami harus menyerahkan $500 miliar? Tidak ada jawaban untuk itu," tambah sumber tersebut, seraya menyebutkan bahwa Ukraina telah mengajukan beberapa revisi dalam kesepakatan tersebut.
Sementara itu, menurut data resmi, AS telah memberikan lebih dari $60 miliar dalam bantuan militer kepada Ukraina sejak invasi Rusia dimulai-kontribusi terbesar dari sekutu Kyiv, tetapi masih jauh di bawah klaim Trump.
Institut Kiel, sebuah lembaga riset ekonomi di Jerman, melaporkan bahwa sejak 2022 hingga akhir 2024, AS telah memberikan total 114,2 miliar euro ($119,8 miliar) dalam bentuk bantuan finansial, kemanusiaan, dan militer.
Namun, sumber Ukraina mengatakan kepada AFP bahwa Kyiv masih membutuhkan jaminan lebih lanjut.
"Dalam bentuk draft yang ada saat ini, presiden (Zelensky) belum siap menerimanya. Kami masih berusaha melakukan perubahan dan menambahkan elemen yang lebih konstruktif," kata sumber tersebut.
Ukraina menginginkan kesepakatan apa pun dengan AS terutama soal jaminan keamanan, mengingat negara itu masih berperang melawan invasi Rusia yang telah berlangsung hampir tiga tahun.
Negosiasi antara kedua negara ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Trump dan Zelensky, yang memicu kekhawatiran di Kyiv dan Eropa.
Pada Rabu lalu, Trump menyebut Zelensky sebagai "diktator" dan mendesaknya untuk "bergerak cepat" menyelesaikan perang, sehari setelah pejabat Rusia dan AS mengadakan pertemuan di Arab Saudi tanpa melibatkan Kyiv.
Washington juga mengusulkan resolusi PBB tentang konflik Ukraina yang tidak mencantumkan wilayah Kyiv yang saat ini diduduki Rusia, menurut sumber diplomatik yang dikutip AFP.
(rds/tim)